Thursday 4 July 2013

Memerangi Kebenaran

I heard it once.
"Kamu boleh tidak menerima kebenaran, itu hak setiap orang. Tapi jangan sampai kamu memerangi kebenaran."

The Perks of Being a Wallflower


Film ini sukses masuk dalam daftar film favorit saya. The Perks of Being a Wallflower.

Langkah pertama untuk sembuh, ya harus sadar dulu bawa kita (telah dan sedang) sakit. 

Monday 1 July 2013

[SOLVED] Masalah Deteksi Wifi pada Windows 8.1 Preview

Orang-orang yang sudah pada nyoba Windows 8.1 mostly akan senang dengan keputusan Microsoft untuk mengoperasi plastik si Windows 8. Tapi, perlu diingat bahwa versi yang beredar saat ini masih versi preview dan bukan versi final, artinya kita harus siap jika operasi plastik Windows 8.1 ini agak penyok dan menimbulkan beberapa error pada komputer.

Salah satu error yang paling banyak terjadi adalah...si Windows-nya jadi nggak kenal wifi. Masalah ini mostly terjadi pada empunya komputer yang pake driver Atheros untuk wifi adapternya. Saya juga jadi korban dari bug ini, tapi untunglah saya ketemu post si Isham yang nyari sendiri solusi terhadap masalah ini.

Jadi katanya, masalah ini terjadi karena adanya konflik driver. Si Windows-nya nyangkanya kita pake driver dari Realtek, padahal sebenernya komputer kita pake punya Atheros.

Jadi menurut dia (yang kemudian saya terapkan, dan berhasil menyelesaikan masalah ini), langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

  1. Buka Device Manager. Cari aja di Search yang suka nongol di pojok kanan. Atau kalau nggak, buka Control Panel > Hardware and Sound > Device Manager.
  2. Liat di bagian Network adapters. Ada driver Realtek di sana. Klik kanan si Realtek-nya, lalu pilih Update Driver Software....
  3. Setelah itu pilih Browse my computer for driver software.
  4. Lalu pilih Let me pick from a list of device drivers on my computer.
  5. Dan klik Qualcomm Atheros....
  6. Klik Next.
  7. Selesai! Sekarang (seharusnya sih) komputernya sudah bisa mendeteksi wifi.
Well Done. Untuk petunjuk yang lebih menunjuk (?), silakan berkunjung ke sumber infonya.

Sekitar Kampus : Mobil


Jalan-jalan sore di sekitar kampus.
Sebenarnya sudah libur akhir tahun ajaran, tapi masih ada keperluan di kampus.

Sunday 30 June 2013

Inspirasi Menjelang Ramadhan


Cerita mengenai seorang konsultan berkebangsaan Jepang yang menemukan Islam melalui perasaan kekosongan hidup, mimpi,  dan kegiatan berpikir yang dia lakukan.

Benar-benar lima puluh menit yang sangat menginspirasi. Subhanallah! :s

Saturday 29 June 2013

Tahun 20xx

Lucu kali ya kalau suatu saat nanti di kehidupan modern,
... programming jadi salah satu natural science
... komputer jadi bagian dari alam
... dan colokan listrik dianggap sebagai sumber daya alam
upliftfiles.wordpress.com


Friday 28 June 2013

Menghargai Orang Lain

Menghargai orang lain. Kalimat itulah yang aku pelajari selama tahun pertama kuliah kemarin.

Agak tragis juga ya, setahun kuliah informatika, tapi yang paling nyantol di kepala justru satu kalimat non-nerdy nor techy seperti itu, hehe.

Tapi seriusan, belajar menghargai orang lain itu lumayan susah, apalagi buat seorang (..ehm) idealis. Tahu lah, orang idealis kan biasanya punya pandangan opini yang cukup kuat dan suka gatal sendiri melihat sesuatu yang terasa tidak sesuai. Tentu menghargai orang lain, termasuk menghargai pendapat dan cara pandang yang dianut oleh tiap individu, jelas bukanlah sepotong roti (terjemahan ngawur dari idiom piece of cake).

Dan selama setahun kemarin, banyak juga hal-hal yang dilakukan oleh orang lain yang kemudian saya (dengan segala kesombongan) merasa bahwa apa yang mereka lakukan/pikirkan sama sekali salah, sehingga kemudian saya merespon dengan kalimat 'meh, what are you gonna do with this? It's useless!', atau 'no, you are completely wrong! You shouldn't do this!'.

Kecewa juga dengan kata-kata pekat yang keluar dari diri saya, kok bisa ya saya mengatakan hal yang sebegitu anu-nya? (gak tau mau bilang apa lagi selain 'anu'.) Kekecewaan ini semakin menguat ketika ada seseorang yang bilang, "Don, kamu kalo mau ngasih saran, jangan langsung bilang 'nggak bagus' gitu dong, kamu harus basa-basi dulu, harusnya bilang, 'yep, jawaban kamu yang tadi udah bener kok, cuma perlu dilurusin di bagian yang ini, ini dan yang ini', kalo kaya gini kan lebih enak didengernya, orang tadi juga pasti mau dengerin saran kalo kamu ngomongnya baik-baik".

Tentu saya picky. Saat semester satu kemarin ketika jadi helper di lab bahasa, jika seseorang sudah selesai berbicara, saya akan memberikan saran dengan mengatakan 'serius, kamu udah bagus kok. Tapi kayanya tadi masih malu-malu, jadi bakal lebih bagus kalau blablabla...', atau ketika berdiskusi mengenai pemrograman dasar, saya akan bilang, "nah itu tahu, ngapain masih nanya? Udah jago gitu kok sebenernya". Nah begitu, sedangkan untuk orang yang saya kenal sangat dekat, saya akan memberikan saran yang dosisnya lebih...pekat, yang dengan langsung saya akan mengatakan, "nggak, ini salah!" (-__-")

Tapi sekarang jadi berpikir, nggak nggak, bahkan untuk orang yang kamu kenal dekat, adab menyampaikan saran yang sopan dan motivatif harus tetap diterapkan. Karena? Karena memberikan kritik dan saran sama sekali berbeda dengan debat. Debat itu tujuannya untuk show-off kemampuan diri (?), sedangkan kritik dan saran ditujukan murni dengan tujuan untuk evaluasi serta perbaikan positif. Kritik dan saran itu niatnya baik, dan sesuatu yang baik harus disampaikan dengan baik pula (in terms of sopan, dan tetap menghargai pendapat lain.)

Ngeliat sesuatu yang aneh, tidak sesuai, tidak simetris dan yang sejenisnya yang terjadi pada orang lain memang sering bikin kita pengen menyumbangkan tangan untuk membantu. Tapi, cara menawarkan bantuannya juga harus yang sopan, jangan sampai bikin orang yang kita bantu merasa useless. Dan harus diingat, bahwa tujuan kita adalah menawarkan, bukan memaksakan bantuan. Jadi kalau pada akhirnya orang tersebut menolak tawaran kita, ya lagi-lagi kita harus menghargai keputusan dia. Bagi kita, mungkin cara orang ini dalam menggapai tujuannya agak keluar dari jalur yang (kita pikir) benar. Kalau saran sudah diberikan dan dia masih tetap tidak berada pada jalur yang benar, ya sudah, mungkin jalur yang kita anggap benar itu sebenarnya salah (?), atau mungkin orang itu memang ingin membuat jalurnya sendiri menuju masa depan. Bill Gates dan Steve Jobs mungkin nggak akan jadi Bill Gates dan Steve Jobs yang sekarang kalau mereka tidak membuat jalurnya sendiri. (Dan sungguh pun paragraf yang satu ini begitu bijaknya hingga ingin aku tempel di dinding sebagai self-reminder.)

Aisshh, masalah menghargai orang lain ini mudah sekali ditulis ya, tapi (seperti hal lain kebanyakan) begitu susah untuk dilakukan. Butuh latihan, yang banyak, sepuluh ribu jam, hehe.

Anyway, sebagai penutup, saya jadi ingat perkataan salah satu dosen. Agak nggak nyambung dengan post ini, tapi masih ada relasinya jika dipaksakan, hmmm. Beliau kira-kira berkata begini, "jangan suka marah-marah. Marah itu sebenarnya niatnya baik, marah itu bentuk kepedulian. Tapi, respon seseorang yang pernah dimarahi biasanya hanyalah kebencian kepada kita, mereka nggak akan dengerin kita lagi.". Dan sekarang saya jadi berpikir, ini sebenarnya saya kuliah jurusan apa? Humaniora? Kok yang didapat malah hal-hal begini? :D