Monday 22 October 2012

Apalah Terserah

Law of attraction; apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita dapatkan. So be positive.

Tapi bodo amat, haha.

Saya menikmati kesedihan-kesedihan yang terjadi. Berasa makan cabe. Iya, kesedihan itu rasanya seperti makan cabe, pedas, memaksa air mata untuk keluar; ga enak tapi justru bikin nagih. Makan cabe bisa menambah nafsu makan, dan kesedihan-kesedihan itu pada akhirnya mungkin bisa menambah semangat hidup, mungkin. Cabe, haha. Ya, kesedihan itu ibarat makan cabe.

Tapi saya ga suka pedas, haha.

After Two Months In College

Setelah hampir dua bulan kuliah, gimana rasanya?
Rumit. Mostly memang menyenangkan, apa yang di masa SMA disebut sebagai angan-angan, sekarang sebutannya menjadi saya di kemudian hari. Secara abstrak terlihat sama aja, sama-sama gak nyata, wkwk.. Tapi bagi saya pribadi, perbedaan antara keduanya itu nyata terasa. Sekarang, saya paham bagaimana cara dan jalan mana yang harus dipilih untuk mewujudkan angan-angan, begitu.

Tapi.. ya. Di tengah perjalanan (bahkan belum nyampe di tengah perjalanan, baru jalan beberapa langkah doang) saya sering mulai kehilangan arah.
"Di mana saya selama ini?"
"Sedang berada di mana saya?"
"Apa dan di mana tempat tujuan saya?"
Itu adalah ketiga pertanyaan yang seringkali saya lupa jawabannya apa. Dan tampaknya sudah bukan hal yang aneh jika tujuan saya tetiba berubah dalam perjalanan, atau tiba-tiba emosi berputar 180 derajat. Akhir-akhir ini saya merasa dipermainkan oleh emosi. Padahal dulu emosi saya rasanya tumpul,  tapi sekarang dia mendominasi.

"Telor dadar kalo ga dibolak-balik, matengnya ga bakal sempurna. Emosi kalo ga dibolak-balik, matengnya juga ga bakal sempurna."

"What doesn't kill you makes you stronger, nikmati aja perjalanan ini". Ya, ya saya sangat menikmati perjalanan ini, perjalanan tanpa tujuan yang jelas ini. Karena ada banyak hal baru yang saya tangkap selama dua bulan ini, salah satunya adalah pelajaran berbagi.

Selama ini, kegiatan "berbagi" bukanlah prioritas, terbayang di kepala pun rasanya jarang. Tapi sekarang, saya jadi tahu nikmatnya berbagi. Dulu, yang dilakukan hanyalah mengejar apa yang ingin saya kejar, hasilnya ya hanya bisa saya rasakan sendiri, untuk diri saya pribadi.

Sekarang, kerasa sekali bahwa saya tidak bisa hidup sendiri. Saya harus berbagi, mereka harus dibagi, dan saya mulai menikmati hal ini.

Legaaa rasanya ketika saya mulai berbicara banyak hal, membagi beberapa masalah kepada teman. Agak pengen jedotin kepala ke tembok juga sih kalo menyadari bahwa saya ini terlalu tertutup. Kenapa baru sekarang saya berani berbagi masalah kepada teman? Padahal sudah bertahun-tahun kami berteman, dan saya baru berbicara sekarang, di saat kami telah terpisahkan rute bus antar kota antar propinsi. Kenapa baru sekarang?

"Tidak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan."

Ya, kalimat di atas ternyata benar adanya (tapi tidak berlaku ketika kita telat masuk ruang kuliah, haha).  Well, better late than never, karena jalan masih panjang.

Ya, jalan masih panjang, dan saya ga mungkin membawa masalah-masalah masa lalu saya dalam perjalanan. Saya harus meninggalkan "barang-barang" tidak penting itu di sini dan berpura-pura tidak pernah memilikinya. Atau solusi lebih baiknya adalah, saya harus membagikannya (maksudnya nyeritain ke orang lain, bukan membagi masalah dalam arti sebenarnya, haha).

Selama ini saya salah. Berbagi cerita itu tidak merepotkan orang kok, karena ternyata banyak orang yang menyukai cerita.

Friday 5 October 2012

Hilang.


Lembaran yang hilang, yang perlahan mulai kutemukan.

Karena ketika dia berlalu, sebagian aku pergi bersamanya, meninggalkan separuh aku di sini, separuh yang tak kuinginkan.

Dan ketika melintas, dia adalah aku yang aku inginkan, yang ingin aku rebut hingga rela ku relakan semua keakuanku.